Wednesday, April 29, 2009

secangkir kopi


Secangkir Kopi
Seperti hari biasanya setiap malam habis maghrib, aku berangkat ke warung untuk ngopi. Namun ada yang lain pada malam hari ini, karena tanpa ku duga secangkir kopi yang ada di depanku berbicara padaku dan memberikanku satu pelajaran.
Setelah ku tuangkan ke lepek, mulailah ia berbicara.
“Hai rahman, apa yang kamu peroleh dari aku, hingga setiap malam kau selalu datang menemui aku di sini? Pasti seperti kebanyakan orang yang hanya menemuaiku karena candu. Tapi tahukah kamu apa sebenarnya yang ada di dalam diriku?.
Lihatlah, aku terbentuk dari kopi dan gula. Kopi yang hitam dan pahit, dengan gula yang putih dan manis. Keduanya memiliki perbedaan yang sangat mencolok/kontras. Lalu mereka disatukan dalam satu wadah, dan setelah itu dilebur dengan air dan kemudian dimasak dengan suhu yang sangat panas.
Sama halnya dengan manusia, yang berkumpul dalam sebuah organisasi(cangkir), tak hanya berkumpul, mereka juga dileburkan dalam satu ideologi (dilebur dengan air) dan diproses (dimasak dengan air panas) secara alamiyah. Tak perlu dirisaukan apakah mereka saling bergesekan atau tidak. Karena hal itu sama sekali bukanlah masalah penting. Semakin mereka bergesekan satu sama lain, maka penyatuan yang akan dihasilkan akan semakin baik.
Dan setelah semua terjadi datanglah secangkir kopi dengan aroma gula dan kopi yang menyatu, memberikan nuansa rasa yang berbeda dengan yang lainnya. Pun begitu, mereka yang berproses dalam satu organisasi, haruslah mempunyai kesamaan visi dan misi agar ketika melakukan action keluar, akan membawa sesuatu yang benar-benar positif dan mempunya kesan lain.

Yayasan Pondok Pesantren Wasilatul Huda Dukohkidul Ngasem


EmoticonEmoticon