orang tua kita telah merajut
selembar kain sakral
agar kita bisa berlindung dari padanya
agar kita bisa bebas dari padanya
agar kita bisa tertawa dari padanya
namun kita tak sadar telah melemparkan kain itu
ke dalam comberan ego dan nafsu
meletakkannya dalam dinding keangkuhan dan keserakahan
orang tua kita merajut dengan benang nyawa
di bawah langit nan pekat
karya : atho'urrohman
Thursday, April 2, 2009
bendera lusuh
Artikel Terkait
- Sahabat Sahabat sejati adalah menemani di saat suka maupun duka Tanpa seorang sahabat m
- menjadi idola bagi anak-anak. Terbukti ketika kelas IV diberi kesempatan untuk menulis pu
- Merdeka BelajarArtikel oleh AI (citchop) Menciptakan Pendidikan Yang Lebih Inklusif
- Kau berjuang tanpa henti, bagai mentari yang tak pernah bosan terbit dari timur. demi un
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 komentar
Kita hanya insan yang hidup sementara yang hakikatnya sebagai hamba,
kau yang tentukan takdirku dan akan menjadi kenangan abadi....
Hari berganti dan waktu terus berlalu,
sebaris doa kumohon kepadanya....
Tetapkan bertahan dalam segala derita,
walau waktu 'kan terhenti dan Tuhan akan
mengakhiri.
Hasrat bahagia membelenggu Jiwa,
kehidupan'kan berakhir selamanya...
Dalam persimpangan hidup ini,,
bimbang hati 'kan s'lalu menderita,,
menggapai hasrat 'tuk nurani yang abadi adalah jiwa yang suci..!!
Tetaplah bertahan dalam cobaan, rintangan yang ada.
Bagus sekali
EmoticonEmoticon